• Upacara Metatah Wayanyasa berjalan sukses, Klik foto ini untuk membaca selanjutnya...
  • Sebelum Pernikahan dimulai, Luh Widya melakukan metatah di hari puncak pernikahan...
  • Prewedding Wayanyasa n Luh Widya Berlangsung dengan sederhana dan elegan. Klik aja photonya...
  • Blog foto pernikahan yang disajikan dalam satu halaman penuh...

Ngabe Tipat Bantal

Penjemputan Calon Pengantin Wanita (Ngabe Tipat Bantal)

Apabila calon pengantin wanita tidak diboyong pada saat memadik, maka acara berikutnya adalah penjemputan calon pengantin wanita oleh calon pengantin pria. Pada hari ini calon pengantin pria diikuti oleh anggota keluarga beserta unsur-unsur prajuru seperti ketua banjar, dan sesepuh datang ke rumah keluarga calon pengantin wanita untuk menjemput calon pengantin wanita. Pada hari ini umumnya pihak calon pengantin pria membawa upakara berupa:
a.       Upakara mamerasan berupa: (1) Pejati asoroh, (2) Canang burat mangi lengawangi, (3) Segehan putih kuning asoroh, dan (4) Canang Pangerawos
b.      Sarana sebagai Penukar Air Susu dan alas rare (aled rare) berupa: (1) Basan buat, (2) Kain saparadeg, (3) Gelang, kalung, pupuk, dan (4) Handuk.
c.       Upakara Pengungkab Lawang (jika dilakukan) berupa: (1) Pejati dan suci alit, (2) Peras pengambean, (3) Caru ayam brumbun asoroh, (4) Bayekawonan , (5) Prayascita, (6) Pangulapan, (7) Segehan panca warna, (8) Segehan seliwah atanding, dan (9) Segehan agung.

Pengungkab lawang merupakan tatanan pelaksanaan perkawinan pada waktu menjemput calon pengantin wanita ke rumahnya. Ngungkab lawang merupakan acara untuk mempertemukan pertama kali calon pengantin pria dengan calon pengantin wanita. Acara ngungkab lawang hanya dilakukan pada upacara perkawinan tingkat utama.

Tujuan dari acara ngungkab lawang adalah untuk menghormati keluarga calon pengantin wanita oleh keluarga calon pengantin pria sehingga hubungan kedua calon pengantin akan semakin harmonis, selaras dan serasi, Hal ini sesuai dengan sloka dalam kitab suci sebagai berikut:

yatra nāryāstu pūjyante ramante tatra devatāh,
yatraitāstu na pūjyante sarvās tatrā phalah kriyāh  

artinya
“Di mana wanita dihormati, di sanalah para dewa merasa senang,
tetapi di mana mereka tidak dihormati, tidak ada upacara suci
apapun yang akan berpahala”.

Berdasarkan sloka tersebut di atas dapat diketahui bahwa perlakuan terhadap seorang wanita membawa dampak yang amat besar dalam keberhasilan sebuah keluarga.

Ngetok lawang diawali dengan mengucapkan pantun oleh calon pengantin pria atau yang mewakilinya dari luar dan selanjutnya dibalas dengan pantun juga oleh calon pengantin wanita atau yang mewakilinya dari dalam gedong. Pantun diucapkan saling bersautan. Setelah calon pengantin wanita selesai mengucapkan pantun, lalu calon pengantin pria menjemputnya dengan mengetok pintu gedong tiga kali, maka keluarlah calon pengantin wanita. Untuk memastikan apakah benar wanita yang dimaksud maka calon pengatin pria membuka kerudung calon pengantin wanita. Selanjutnya dilakukan pertemuan ibu jari tangan kanan calon pengantin pria dengan ibu jari tangan kanan calon pengantin wanita dan disertai dengan doa oleh orang yang ditunjuk oleh pihak calon pengantin pria.

Setelah itu kedua calon pengantin diboyong ke pemerajan untuk melakukan persembahyangan memohon doa restu dari Sang Hyang Guru dan para leluhur pihak pengantin wanita. Selesai sembahyang dilanjutkan dengan sembah sungkem kepada kedua orang tua calon pengantin wanita untuk mohon doa restu. Sembahyang di pemerajan merupakan acara mepamit secara niskala yaitu kepada leluhur, sedangkan mepamit secara sakala adalah mohon doa restu dari kedua orang tua.

Sesampainya di depan pintu gerbang rumah calon pengantin pria diberikan segehan putih kuning, sebagai sarana penetralisir kekuatan-kekuatan yang bersifat negatif, karena posisi kedua calon pengantin secara spiritual adalah dalam kekuasaan kama.

Setelah kedua pengantin masuk ke halaman rumah, diantar ke depan dapur untuk melaksanakan penyucian kecil, yaitu diperciki tirta pabayekawonan, maprayascita dan terakhir ngayab upakara peras pengambean dan dapetan. Maksud penyucian ini adalah penyucian pertama dari sebel kandelan pengantin.